MOTIF-MOTIF EKOLOGIS DALAM LITERATUR HIKMAT

Isi Artikel Utama

Fernando Sibarani

Abstrak

Kemacetan ekoteologi dalam hubungannya dengan kitab suci ditandai dengan peningkatan intensitas percakapan mengenai ekologi bersamaan dengan kecurigaan bahwa Alkitab, baik lewat kisah penciptaan maupun lewat pengharapan eskatologis melemahkan rasa tanggungjawab kekristenan terhadap lingkungan hidup. Karena itu selalu diperlukan ruang baru untuk bergerak demi tercapainya cita-cita pemeliharaan ekologi. Di samping perlunya bergumul dalam pencarian pendekatan-pendekatan hermeneutis, perlulah juga diperhatikan apakah memang dalam teks-teks yang menjadi objek hermeneutik itu ditemukan motif-motif yang dengan kuat berbicara mengenai isu-isu tertentu (misalnya ekologi dalam konteks tulisan ini) atau tidak. Menjadi penting untuk melihat kemampuan dari teks kitab suci untuk menjadi subjek bagi isu-isu, tidak melulu menjadi objek hermeneutik, walaupun tetap mesti dalam kesadaran penuh bahwa teks-teks itu sendiri dari sononya sudah hermeneutis. Teks-teks dari literatur hikmat (Amsal, Pengkhotbah, Ayub) yang selama ini “marjinal” dalam percakapan-percakapan ekologis, ternyata merupakah ruang terbuka “baru”. Suara Alam terdengar dan motif-motif ekologis terlukis dengan indah dalam literatur hikmat.

Rincian Artikel

Bagian
##section.default.title##