https://ejurnal.methodist.ac.id/index.php/jta/issue/feed Jurnal Teologi Anugerah 2023-03-20T22:44:27+07:00 Jonsen Sembiring jurnalsttgmi@yahoo.com Open Journal Systems <p>Teologi Anugerah adalah jurnal teologi yang diterbitkan secara tematis.Diharapkan jurnal ini menjadi medium tukar pikiran informasi dan riset ilmiah antara pakar dan pemerhati masalah-masalah Teologi di Indonesia</p> https://ejurnal.methodist.ac.id/index.php/jta/article/view/1701 MODERASI BERAGAMA dan KEMAJEMUKAN: Suatu Pandangan Agama-agama 2023-03-20T09:20:36+07:00 Jonsen Sembiring jonsensem@gmail.com <p>Kemajemukan adalah berkat buat bangsa Indonesia. Pelapisan kebudayaan atau peradaban bersama agama telah terbentuk ribuan tahun menghasilkan kemajemukan di bumi kepuluan yang sangat luas membentang dari Sabang sampai ke Merauke. Kemajemukan telah menjadi “Indonesia”, Indonesia bukanlah Indonesia yang sesungguhnya kalau bukan karena kemajemukan. Dalam kemajemukan kita hidup bersama, bertoleransi, saling menolong dan bahkan bersama-sama membentuk komitmen keindonesiaa dalam Ikrar Sumpah Pemuda, Penerimaan Pancasila dan UUD 1945 serta bangsa yang majemuk ini sudah teruji dan terbukti bahu-bahu membahu mengusir penjajahan dan membangun negeri ini.</p> <p>&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; &nbsp;&nbsp;Sejalan dengan perjalanan waktu, ditengah bangsa ini juga tumbuh gerakan yang mengusik dan merusak kemajemukan itu, yaitu radikalisme. Radikalisme yang dapat saja muncul dalam setiap agama, pernah timbul-tenggelam di Indonesia, namun terakhir ini perkembangan telah mengkuatirkan kehidupan bangsa ini yang majemuk. Tentu saja sebagai bangsa yang besar dan kaya akan pengalaman kebersamaan,&nbsp; semua elemen bangsa harus bersama-sama menghadapi radikalisme dengan berbagai aksi dan dampakanya, terutama ancaman kepada kebersamaan dalam masyarakat majemuk.</p> <p>&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Salah satu konsep, strategi dan aksi yang sedang dikembangkan dan dipromosikan adalah moderasi beragama dalam upaya menderadilakisasi umat yang sudah terpapar oleh gagasan dan aksi radikalisme. Literasi dan aksi moderasi beragama sangat dirindukan berdampak secara internal dan eksternal kehidupan beragama, bisa membangun kebersamaan umat beragama menyikapinya, sehingga kamejamukan terpelihara dan cita-cita berbangsa bernegara bisa digapai.</p> 2019-12-12T00:00:00+07:00 Hak Cipta (c) 2023 https://ejurnal.methodist.ac.id/index.php/jta/article/view/1703 ALDERSGATE DAN MODERASI BERAGAMA 2023-03-20T09:23:36+07:00 Manimpan Hutasoit jurnalsttgmi@yahoo.com <p>Gereja di Tengah Moderasi Beragama (Mat. 22:37-40): Aktualisasi Peran Gereja di Tengah Moderasi Beragama Mewujudkan Masyarakat Yang Damai dan Bersatu, demikian Tema dan Sub Tema Wisuda Sarjana Teologi (S.Th) XXXVII dan Magister Teologi (M.Th) XV yang dilaksanakan hari ini 27 Mei 2022. Masih dalam skop tema&nbsp; dan sub tema, penulis mendesain judul dalam tulisan ini berdasar konteks pelaksanaan wisuda bersamaan dengan perayaan Aldersgate, 24 Mei 2022 yang baru saja 3 hari dirayakan oleh seluruh Gereja Methodist di dunia diantaranya Gereja Methodist Indonesia. Penulis mau mencoba memposisikan Gereja Methodist dalam terang tema dan sub tema wisuda berdasar pengalaman&nbsp; John Wesley di Aldersgate.</p> 2019-12-12T00:00:00+07:00 Hak Cipta (c) 2023 https://ejurnal.methodist.ac.id/index.php/jta/article/view/1704 GEREJA DI TENGAH KEHIDUPAN MODERASI BERAGAMA (Matius 22:37-40) Aktualisasi Peran Gereja di tengah Kehidupan Moderasi Beragama Mewujudkan Masyarakat yang Damai dan Bersatu 2023-03-20T09:26:45+07:00 Perobahan Nainggolan jurnalsttgmi@yahoo.com <p>Istilah moderasi dalam bahasa inggris disebut <em>moderation</em> yang berarti sikap sedang atau sikap tidak berkelebihan. Artinya sikap yang moderat selalu berada di tengah-tengah, baik menyelesaikan masalah maupun dalam bersikap dan berperilaku. Moderasi beragama sangat diperlukan sebab sikap ekstrem dalam beragama tidak sesuai dengan ajaran agama itu sendiri. Ektremitas agama sering mengakibatkan lahirnya konflik, rasa benci, intoleransi dan bahkan peperangan yang memusnahkan peradapan. Oleh karena itu moderasi beragama adalah bagian dari strategi suatu bangsa dalam merawat kemajemukan dan keberagamannya.</p> <p>Menurut <strong>Ridwan Lubis</strong> bahwa moderasi beragama itu merupakan suatu pemikiran dan gagasan tidak ekrtem, terbatas dan memiliki alasan-alasan yang juga terbatas. Dengan demikian moderasi beragama suatu gerakan atau gagasan yang berusaha untuk menjadikan pemikiran keberagamaan tidak menimbulkan ekses terhadap yang lain. Dalam model keberagamaan yang ideal adalah lebih menekankan substansi atau makna dibanding dengan simbol, sehingga tidak menimbulkan ekses kekerasan atau radikalisme.</p> <p>Indonesia dikenal dengan Negara plurlitas. Kepluralitasan itu dijumpai dalam eksistensi masyarakat, yakni: agama, suku, bahasa, ras dan budaya. Masyarakat plural dan majemuk merupakan keunikan dan sekaligus menjadi kekayaan bangsa Indonesia sebagai ciri khas keindonesiaan yang patut dibanggakan. Dunia juga mengakui bahwa Indonesia memiliki keragaman budaya yang dikenal dengan masyarakat multikultural, maksudnya bahwa Indonesia terdiri dari dari keragaman budaya yang dijalin dari berbagai individu dan etnis tertentu termasuk agama yang yang berinteraksi dalam komunitas masyarakat.&nbsp;&nbsp;</p> 2019-12-12T00:00:00+07:00 Hak Cipta (c) 2023 https://ejurnal.methodist.ac.id/index.php/jta/article/view/1705 KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF PASTORAL Menjadi Pemimpin di Tengah-tengah Masyarakat Yang Pluralistis Modern 2023-03-20T09:31:08+07:00 Parsaulian Simorangkir jurnalsttgmi@yahoo.com <p>Dalam sebuah organisasi, lembaga maupun sebuah negara pasti memiliki seorang pemimpin. Tentu tujuan adanya seorang pemimpin adalah demi teraturnya tatanan sebuah negara maupun organisasi. Di dalam gereja juga demikian, setiap organisasi gerejawi pasti memiliki seorang pemimpin yang biasa dikenal seperti Ephorus, Bishop, Paus, dll. Walaupun sistem kepemimpinan gereja-gereja di seluruh dunia ini berbeda-beda, misalnya ada sistem kepemimpinan Episkopal, Presbiterial, Sinodal, dan Kongregasional. Namun walaupun berbeda-beda sistem kepemimpinan, tujuan dari sistem itu tentu untuk menjawab kebutuhan dari anggota maupun semua yang mengambil bagian dari sebuah organisasi.</p> <p>Dalam tulisan ini, tidak akan berfokus kepada sistem-sistem kepemimpinan yang ada di berbagai dominasi gereja. Melainkan lebih tajam menyorot kepada peran pemimpin dalam perspektif pastoral, dalam menjawab kebutuhan masyarakat yang pluralistik modern. Tentu semakin berkembangnya zaman, akan semakin berkembang juga kebutuhan bagi manusia. Menjadi tantangan baru bagi para pemimpin-pemimpin organisasi maupun gereja bagaimana untuk tetap konsisten dan eksis ditengah-tengah zaman modern ini. Apakah cara lama masih bisa dipakai atau tidak? Ataukah harus kembali lagi mentransformasi semua cara-cara kepemimpinan-kepemimpinan lama?&nbsp; Itu semua akan dibahas dalam tulisan ini, bagaimana sebenarnya menjadi pemimpin di tengah-tengah zaman yang canggih ini, demi mempertahankan keberadaan dan demi menjawab kebutuhan di dalam masyarakat, gereja dan di lingkungan sebuah organisasi berada.</p> 2019-12-12T00:00:00+07:00 Hak Cipta (c) 2023 https://ejurnal.methodist.ac.id/index.php/jta/article/view/1706 MAKNA TEOLOGIS DARI SATAN DALAM KONTEKS “SEORANG YANG TIDUR DENGAN ISTRI AYAHNYA” DALAM 1 KORINTUS 5 : 1-13 2023-03-20T09:33:57+07:00 Marudut Sihotang jurnalsttgmi@yahoo.com <p>Pembahasan Paulus tentang satan dalam&nbsp; Pauline&nbsp; memiliki hubungan dengan Perjanjian Lama (PL) untuk menunjukkan hubungan Teologi&nbsp; apokaliptik Paulus. Paulus menunjukkan bahwa kekuatan kejahatan (satan) sudah ada sejak PL&nbsp; Paulus menunjukkan bahwa kekuatan satan itu akan ada sampai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Orang percaya perlu waspada dengan memiliki kekuatan di dalam kasih karunia Yesus Kristus. Kitab 1 Korintus Paulus menghadapi persoalan-persoalan jemaat salah satu amoralitas yang berhubungan dengan <em>sarx</em> atau keinginan daging lebih suka berbuat dosa. <em>Pneumatos</em> menunjuk kepada penyerahan diri secara total kepada kehendak TUhan. Paulus mendorong jemaat untuk berada hidup berdisiplin atau berintegritas di tengah-tengah masyarakat yang tidak mempersoal dosa seksual. Jemaat hidup kudus dan bertanggung jawab dalam menjalani kehidupan sehari-hari memiliki hubungan dengan ajaran John Wesley yang menekan Justifying grace dan saintyfing grace.</p> 2019-12-12T00:00:00+07:00 Hak Cipta (c) 2023 https://ejurnal.methodist.ac.id/index.php/jta/article/view/1707 REFLEKSI KRISTOLOGI KOSMIK DALAM LAKU IMAN YANG EKOLOGIS 2023-03-20T09:36:07+07:00 Bangun Sitohang jurnalsttgmi@yahoo.com <p>Gagasan Kristologi Kosmik menarik bagi saya untuk dikaji dengan mempertimbangan dua hal penting sebagai alasannya. Pertama, umumnya gagasan Kristologi yang terkandung dalam Alkitab Perjanjian Baru lebih cenderung menggunakan perspektif antroposentris. Hal ini mendorong para teolog untuk memfokuskan gagasan Kristologi pada kepentingan manusia. Hal ini berdampak pada upaya memahami karya-karya yang dilakukan&nbsp; Kristus (termasuk karya pendamaian dan rekonsiliasi), hanya dihubungkan dengan aspek pengampunan dosa dan pendamaian relasi manusia dengan Allah. Tidak banyak teks Perjanjian Baru yang membicarakan Kristologi dari perspektif kosmik. Markus 16:15 mengatakan bahwa segala makhluk menjadi sasaran pemberitaan Injil. Injil yang telah diberitakan itu, dipertajam dalan tulisan Deutro Pauline (Kolose 1:15-20), Kristus adalah yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan. Kedua, saya berasumsi bahwa pesan Yesus Kristus yang sarat dengan gagasan Kristologi Kosmik ini dapat dikembangkan secara kontekstual, khususnya di tengah-tengah pergumulan konteks kerusakan ekologis yang semakin parah akhir-akhir ini di Indonesia. Dalam konteks kerusakan ekologis yang parah, dibutuhkan refleksi Kristologis yang tidak hanya memberi perhatian dan ruang pada kepentingan manusia, tetapi terutama kepentingan seluruh ciptaan.</p> 2019-12-12T00:00:00+07:00 Hak Cipta (c) 2023 https://ejurnal.methodist.ac.id/index.php/jta/article/view/1708 SENTRALISASI KASIH 2023-03-20T09:39:20+07:00 Manimpan Hutasoit jurnalsttgmi@yahoo.com <p>Pusat atau sentral kehidupan Kristen adalah kasih. Yesus mengatakan bahwa kasih adalah tanda paling nyata dari seorang kristiani. Kata Yesus, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya<em>&nbsp;&nbsp;&nbsp; </em>kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian, semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh. 13:34-35). Jadi jelas kasih adalah tanda dan karakteristik kekristenan.</p> 2019-12-12T00:00:00+07:00 Hak Cipta (c) 2023