MANUSIA DICIPTAKAN UNTUK BEKERJA (Sebuah Teologi Kerja)

Penulis

  • Bangun Sitohang Sekolah Tinggi Teologi Gereja Methodist Indonesia

Kata Kunci:

Teologi Kerja

Abstrak

Seorang teman Kristen bekerja di sebuah instansi pemerintah. Ia seorang pegawai negeri. Suatu
ketika, tatkala saya sedang dalam perjalanan untuk mengunjungi seorang anggota jemaat yang sakit,
saya berpapasan dengannya di depan sebuah mall. Waktu itu kira-kira pukul sepuluh pagi, kami saling
bertegur sapa, menanyakan kabar masing-masing. Teman saya menanyakan dari mana dan mau ke
mana saya saat itu. Saya menjawab bahwa saya dari kantor gereja dan bermaksud mengunjungi seorang
anggota jemaat yang sakit. Teman saya tersenyum lebar seraya menepuk-nepuk bahu saya. “Wah,
bagus-bagus, pendeta kita sangat rajin berkunjung, begitu perhatian kepada anggota jemaat kita.”
Kemudian saya ganti bertanya, mau ke mana dia pagi itu. Sekali lagi teman saya tersenyum lebar.
Seraya menunjuk pada mall di belakangnya, ia berkata, “Saya mau ke mall, Pak Pendeta. Refreshing
dan cuci mata. ‘Tuh, sama teman-teman.” Ada tiga orang sedang berdiri menunggunya di tangga masuk
mall. Empat orang, termasuk teman Kristen saya, semuanya pria dan berpakaian dinas. “Wah, „kan
baru pukul sepuluh?” tanya saya, heran. Ia berkilah, katanya “Alaaa, Pak Pendeta tidak tahu rupanya
bahwa pegawai negeri itu punya banyak waktu kosong. Mau apa lagi, pekerjaan sudah selesai.
Daripada bengong, lebih baik jalan-jalan.” Saya sempat tertegun sejenak, merasa heran. “Apa bedanya
malas dengan tidak kreatif? Apa bedanya semangat kekeluargaan dan birokasi yang tidak efisien?”
gumam saya dalam hati. Teman Kristen saya menepuk bahu saya lagi. Kawan-kawannya sudah
memanggil. Ia pamit, katanya, “Saya masuk dulu, Pak. Sudah ditunggu kawan-kawan. Selamat
melayani, Pak Pendeta!” Ia pun berlalu.

Unduhan

Diterbitkan

2022-12-01

Terbitan

Bagian

Teologi Anugerah